Sendiri

 

Aku bisa sepercaya diri itu berkata aku bisa sendiri dalam hal apapun.

Bepergian dalam dan luar kota aku sendiri

Mengelilingi mal di pusat kota walau sekadar cuci mata sendirian aku bisa

Menyantap hidangan di sebuah coffee shop kekinian aku mampu

Berjalan sendirian di trotoar jalan dari satu tempat ke tempat lain ku lakukan

Memilih pakaian di butik tanpa bertanya pendapat orang lain antara warna merah atau warna biru yang harus ku ambil, mampu aku putuskan sendiri

 

Hingga tiba sedih menghampiri. Tak mampu ku duga kedatangannya dan sebenarnya juga tak pernah mau ku kunjungi namun ia akan selalu menyapa tanpa diminta. Saat air mata membasahi pipi, aku sadar, semua hal bisa kulakukan sendiri namun tidak dengan menghadapi sedih dan tangis. Ada rasa dalam diri, ingin menangis sembari ditenangkan, ingin menangis dalam peluk yang menghangatkan, ingin menangis sekencang – kencangnya hingga luruh semua emosi bersama seseorang yang mau mendengarkan. Nyatanya, sedih dan tangis justru seperti kegiatanku yang lain, harus ku hadapi sendiri tanpa adanya usapan di bahu, peluk di tubuh, pun usapan rambut tuk sekadar meyakinkan bahwa aku tak sendiri.

 

Aku si percaya diri,

Lemah dengan pengakuan,

Bahwa aku tidak sekuat itu mengahadapi kesedihan

Sendirian

Komentar

Postingan Populer