2020

 

2020 tahun yang unik buatku. Ada khayalan yang terwujud, ada mimpi yang terlaksana, ada yang harus diterima, ada yang harus di adaptasi dan ada hal yang harus tertunda entah sampai kapan. Akan ku coba runutkan dari awal 2020 menyapa.

 

Di bulan Januari, suatu hal yang selama ini ku kira hanya khayalan gila dan tak mungkin terwujud, ternyata bisa terwujud. Allah memang selalu punya cara tersendiri untuk mengabulkan apa yang diinginkan hambaNya. Di bulan Januari aku gak nyangka banget bisa ketemu aktor yang aku suka banget yaitu Jefri Nichol. Selama ini aku memang suka berkhayal bisa bertemu sama dia suatu saat, tapi yang aku sangat gak sangka adalah aku ketemu dia justru karena dia menginap di hotel tempatku bekerja. Benar – benar gak pernah terbayang olehku sebelumnya, Jefri Nichol mau menginap di hotel tempatku bekerja. Rasanya hari itu aku seperti menjadi orang yang paling beruntung karena bisa dekat dan berfoto bersama idola. Aku udah lama banget suka sama Jefri Nichol dan selama suka sama dia, aku gak pernah terlalu “ngoyo” untuk “ngejar” dia dengan cara datang ke acara – acara seperti Meet N Greet, peluncuran perdana filmnya atau acara apapun yang diselenggarakan di Kota Bandung. Karena aku udah yakin, apapun acara yang dia hadiri, pasti akan menimbulkan kerumunan massa khusunya dari “dede – dede gemes”. Makanya aku gak pernah mau hadir, sekalipun itu dekat. Tapi nyatanya Allah punya rencana lain, Allah malah mendekatkan Jefri Nichol ke aku dengan cara menginap di hotel tempatku bekerja. Aku kala itu mengalami starstruck karena setelah berfoto aku hanya mampu melihatnya tanpa mengucap apapun, walau hanya sekadar mengucap terima kasih. Aku benar – benar kayak gak nyangka, orang yang selama ini cuma aku lihat di layar TV maupun HP, saat itu bisa dekat denganku. Benar – benar rasanya seperti mimpi yang terwujud.

 

Selanjutnya ada mimpiku yang terlaksana yaitu bisa melakukan solo traveling ke Yogyakarta. Aku sudah memimpikan ini sejak 2018 lalu, baru serius menabung sejak 2019 dan akhirnya terwujud di bulan Maret 2020. Perjalanan solo traveling ini benar – benar aku rancang dan susun sendiri tanpa melibatkan siappaun. Aku benar – benar survey di internet mulai dari tiket kereta, penginapan hingga tempat – tempat wisata yang akan ku kunjungi. Ketika hari itu tiba, aku benar – benar excited mulai dari berangkat hingga selama ada di Yogyakarta. Walaupun awalnya agak sempat cemas karena aku pergi ke Yogyakarta ketika virus Corona perlahan sudah mulai ada di Indonesia. Saat itu kondisinya sudah ada tiga orang yang terkenan virus Corona. Namun kondisi negara masih cukup aman untuk melakukan perjalanan ke luar kota hingga akhirnya aku tetap bisa pergi dan mewujudkan impianku. Semua Nampak menyenangkan hingga akhirnya aku kembali pulang ke Bandung dan mendapati kenyataan yang sungguh berputar  360 derajat. Tiba di Bandung masih dalam keadaan aman. Namun sekitar tiga hari kemudian, pemerintah mengatakan bahwa virus Corona sudah mulai membahayakan sehingga memutuskan untuk melakukan social distancing dengan cara memberlakukan Work From Home untuk pekerja, sekolah dan kuliah online untuk para pelajar dari tingkat TK hingga mahasiswa, dan juga melarang adanya keramaian. Perlahan kehidupan pun terasa berubah. Termasuk berpengaruh juga kepada industri pariwisata khususnya hotel tempatku bekerja. Aku ingat kala itu jika pemerintah tidak memberlakukan social distancing seharusnya hotelku ramai oleh tamu yang berdatangan baik untuk meeting maupun menginap. Namun semua tamu mendadak cancel. Hotel tempatku lambat laun makin sepi dari tamu.

 

Kondisi negara semakin tidak menentu karena adanya virus Corona yang menyerang segala aspek, baik kesehatan, ekonomi maupun sosial. Hingga akhirnya mulai 1 April aku resmi dirumahkan oleh tempatku bekerja dikarenakan kondisi hotel pun sepi akibat pemerintah memberlakukan PSBB. Tidak ada tamu yang datang juga dikarenakan perjalanan ke luar kota pun sangat dibatasi bahkan diperketat. Rasanya dirumahkan seperti percaya tidak percaya. Awal – awal dirumahkan aku masih nyaman, namun dipertengahan rasanya mulai jenuh hingga stress karena terus – terusan #dirumahaja. Belum lagi rasa takut tidak mampu makan karena tidak ada pemasukan. Saat itu, aku sudah pasrah jika harus memecahkan beberapa tabunganku. Aku bertahan hidup menggunakan gaji terakhir yang aku dapatkan dari hotel tempatku bekerja yang diberikan sekitar akhir bulan Maret sebelum dirumahkan. Dengan uang itu aku bertahan hidup hari demi hari bersama keluargaku. Aku gak pernah keluar rumah kecuali ke pasar dan supermarket atau jika ada keperluan mendesak saja. Kota kala itu rasanya seperti kota mati, jalanan kota sepi, pusat perbelanjaann tutup, tempat wisata, restoran hingga hotel pun beberapa tutup. Hanya pasar dan supermarket yang tetap ramai karena banyak warga yang seperti Panic Buying.

 

Memasuki bulan Mei kondisi negara masih sama, pandemi belum berakhir. Bulan Mei ini juga kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Karena pemerintah menerapkan tidak boleh adanya kerumunan, maka ibadah seperti sholat tarawih pun dianjurkan untuk dilakukan di rumah masing – masing. Sungguh Ramadhan yang berbeda karena biasanya suasana Ramadhan begitu meriah. Tapi waktu itu nampak biasa saja. Aku pun perlahan mulai menikmati #dirumahaja. Ada kegiatan yang akhirnya baru aku lakukan lagi selama masa #dirumahaja yaitu menonton Drama Korea. Aku bukan tipe orang yang selalu menonton setiap ada drama Korea yang tayang, namun saat bulan Mei sedang ada drama Korea yang jadi perbincangan netizen yaitu “The World Of Married Couple”. Aku pun penasaran dan mencoba menontonnya episode demi episode setiap weekend tiba. Drama ini juga yang membuatku ingat sama hari karena semenjak pandemi aku bener – bener jadi orang yang pelupa banget sama hari wkwk. Setiap hal yang terjadi, pasti setidaknya, sedikit banyak memberi hikmah, salah satunya adalah di bulan Mei ini akhirnya aku bisa merasakan merayakan Lebaran di rumah bersama keluarga, karena posisiku yang dirumahkan. Tahun – tahun sebelumnya aku selalu merayakan lebaran sembari bekerja, karena hari Lebaran adalah hari dimana hotel penuh oleh masyarakat yang ingin berlibur. Akhirnya alhamdulillah di hari itu aku bisa terbebas dari beban pekerjaan ketika hari raya tiba.

 

Awal Juni PSBB masih berlangsung. Aku semakin nyaman #dirumahaja melakukan kegiatan – kegiatan di rumah, seperti, belajar Bahasa inggris, belajar memasak sedikit – sedikit dan juga jadi semakin banyak melakukan pekerjaan – pekerjaan rumah yang biasanya gak bisa aku lakukan karena banyak waktu tersita oleh pekerjaan. Oh ya, aku juga jadi rajin lagi nge-blog selama masa pandemi. Bisa dilihat deh di arsip tulisan di blog ini hehehe. Sampai akhirnya, hotel tempatku bekerja mengumumkan kepada seluruh karyawan melalui grup WhatsApp untuk kembali bekerja di pertengahan bulan Juni. Hari pertama aku dan rekan – rekan kembali ke hotel, kami tidak langsung bekerja, melainkan meeting dan juga diberi pengarahan terlebih dahulu. Barulah hari kedua kami mulai bekerja dengan jadwal dan jam kerja yang berbeda yaitu bekerja selama 10 jam. Walau begitu, aku tetap mensyukuri apapun yang ada. Setelah 2,5 bulan diam saja di rumah, akhirnya punya kegiatan lagi hehehe. Sebenarnya bulan Juni adalah bulan yang sangat aku nanti – nantikan sejak akhir tahun 2019 lalu. Karena di bulan Juni ini seharusnya aku menonton konser penyanyi favoritku yaitu Raisa. Sejak tahun 2019 Raisa sudah mengumumkan kalau ia akan mengadakan konser tunggalnya di bulan Juni 2020 bertempat di Gelora Bung Karno, Jakarta. Untuk itu, aku sudah membeli tiket konsernya sejak bulan Desember 2019 dan juga menabung untuk biaya transportasi juga penginapan selama di Jakarta. Namun karena kondisi negara belum juga pulih seperti semula, Raisa beserta timnya memutuskan untuk mengundur konser menjadi bulan November 2020. Aku sangat sedih mengetahui fakta tersebut, karena aku sudah menantikan bulan Juni ini. Namun ya apa boleh buat, keselamatan kita semua lebih penting dari apapun.

 

Kalau di bulan Juni hotel tempatku bekerja memutuskan seluruh karyawan harus bekerja 10 jam, bulan Juli semuanya berubah, jam kerja ditambah 2 jam menjadi 12 jam. Ya aku terima – terima saja, walau awalnya agak gak biasa. Masuk pagi sekali jam 7 sedangkan pulang ketika adzan isya berkumandang yaitu pukul 7 malam. Kondisi hotel tempatku bekerja saat itu masih belum terlalu ramai dikunjungi tamu, ya lagi – lagi karena masih pandemi.

 

Agustus berjalan seperti biasa saja hingga akhirnya di akhir bulan aku mendapatkan rezeki yaitu aku menang Giveaway yang diselenggarakan oleh Kak Naajmi yang memiliki akun  twitter @hujandisenja. Kak Naajmi adalah salah seorang influencer di sosial media Twitter. Hadiah yang aku dapatkan adalah satu set baju. Senang sekali rasanya bisa memenangkan giveaway tersebut.

 

Bulan September dibuka dengan manis karena instastory-ku di repost oleh Raisa. Aku bener – bener gak nyangka, karena aku men-tag Raisa sama sekali tidak terlalu berharap bisa dilihat oleh dia. Aku nge- tag Raisa saat itu karena aku lagi dengerin lagu terbarunya yaitu Bahasa Kalbu. Aku dengar lewat Spotify yang kemudian tersambung ke Instastory. Terus iseng aja gitu bikin caption yang intinya aku seneng banget sama lagunya dan tag dia, eeh di repost dong huhuhu. Aku ngerasa beruntung sekali saat itu.

 

Waktu terus berjalan, beriringan bersama pandemi yang tak kunjung berakhir. Kondisi negara masih juga belum membaik, hingga berakibat pada gagalnya aku nonton konser Raisa yang semula akan dilaksanakan pada bulan November. Raisa dan tim memutuskan membatalkan pagelaran konser karena kondisi negara yang tak kunjung membaik. Mereka membatalkan sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk mengembalikan uang orang – orang yang sudah membeli tiket konser sejak jauh – jauh hari. rasanya patah hati banget. Kalau pas bulan Juni kan pengumumannya konser hanya diundur, oke aku sabar nunggu. Tapi yang sekarang mereka sudah jelas – jelas membatalkannya hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Akhirnya setelah melewati beberapa proses, uang tiketku bisa kembali lagi kepadaku. Aku pun tidak bisa berbuat banyak selain menerima saja keadaan ini.

 

Desember tiba, bulan terakhir di tahun 2020. Di desember ini usiaku tepat menginjak seperempat abad pada tanggal 16. Rasanya gak nyangka aja udah ada di usia ini. Umur 25 yang dibayanganku waktu kecil aku udah bisa mapan dan cukup dalam segala aspek, nyatanya aku masih harus merangkak untuk mendapatkan semuanya. Tapi aku cukup bersyukur karena setidaknya di hari lahirku itu aku mendapat cukup banyak ucapan selamat serta doa dari teman – temanku. Aku juga tak lupa membahagiakan diriku sendiri dengan cara membeli kue ulang tahun untuk diriku sendiri. Soalnya aku tuh pengen banget bisa makan kue ulang tahun. Daripada berharap sama orang lain, lebih baik aku beli sendiri hahaha. Kan bahagiain diri sendiri itu suatu keharusan.

 

2020 tahun yang cukup unik untukku. Siapa sangka bisa banyak menghabiskan waktu #dirumahaja. Aku juga merasa bahwa tahun 2020 adalah jawaban dari ucapanku yang seringkali mengeluh karena susah mendapatkan libur kerja di hari minggu dikarenakan kondisiku yang bekerja di bidang jasa. Akhirnya ucapanku itu terwujud dalam bentuk dirumahkannya aku dari hotel tempatku bekerja, aku bisa mendapatkan libur tidak hanya hari minggu saja tapi setiap hari. Dari situ aku jadi merenung, bahwasanya setiap tutur kata yang kita ucapkan memang mengandung doa, yang mana kelak suatu saat akan terkabul. Di benakku tak pernah terlintas kalau libur hari minggu yang aku inginkan akan terwujud dalam bentuk dirumahkan, aku pikir aku akan mendapatkannya dengan cara yang baik, namun ternyata malah lewat cara seperti itu yang sungguh sangat tak terduga. Pengalaman yang sungguh terbaik yang merubah cara pandang dan caraku bersikap.

 

Walau begitu, aku tetap bersyukur karena mampu melewati tahun 2020 dengan tetap baik, sehat, dan waras. Karena ketiga hal itulah yang terpenting. Beberapa hal di tahun 2020 memang ada yang harus diikhlaskan, diatur ulang, dan harus beradaptasi lagi dengan kebiasaan baru. Tapi tak apa, semua jadi pelajaran berharga untuk bisa diceritakan di masa yang akan datang. 2020 cukup sulit untuk dilewati dan tidak untuk diulang kembali.

 

Bagiku, 2020 mengajarkan beberapa hal, bahwasanya:

Rencana yang telah tersusun belum tentu terwujud

Betapa mewah dan mahalnya udara yang dihirup bebas tanpa masker, karena kini masker sudah seperti menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepaskan

Pentingnya berkumpul dengan orang – orang yang disayang

Ucapan adalah doa, hati – hati ketika berucap, kita tak pernah tahu kapan waktu ucapan itu akan menjelma jadi nyata

Kebersihan harus selalu diutamakan

Kesehatan tak terhingga harganya

Dibalik segala rasa sedih, kecewa dan kegagalan pasti tetap akan terselip sepercik kebahagiaan, sebab hidup tak selalu tentang patah, pun tak selalu tentang senang

Bersyukur, berdoa dan yakin pada pertolongan Allah setiap saat

Selalu coba untuk bahagiakan diri sendiri, karena kebahagiaan diri sendiri adalah tanggung jawab pribadi, bukan orang lain

 

2021 telah menyapa beberapa hari ini. Harapanku yang utama saat ini adalah, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir. Aku berharap semoga kondisi bumi lekas pulih seperti semula. Aku percaya semoga ketika bumi telah pulih, para penduduk di bumi pun akan sama mendapatkan kebaikannya.

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer