Dukacita

Semua sudah terasa amat canggung jika harus memulai lagi sebuah percakapan. Walau aku tahu, kau kini sedang mengalami sebuah kehilangan. Untuk sekadar mengucap dukacita pun aku tak sanggup. Seperti ada dinding tinggi yang menghalangi.

Kita adalah dua orang yang pernah ada dalam situasi yang kurang baik di masa lalu. Sudah terlanjur sulit untuk diperbaiki. Namun bukan berarti ketika kau kini dalam keadaan duka, itu jadi berita sukacita untukku. Tidak, tidak seperti itu. Aku masih manusia yang punya hati nurani. Masalah kita adalah milik kita, sedang kehilangan yang kini tengah kau rasakan berada di luar rumitnya masalah yang kita alami. Sekesal apapun aku akan sikapmu di masa lalu, tidak menjadikan aku manusia tanpa rasa empati.

Maka dari itu, walau ucapan dukacita tak mampu ku sampaikan langsung kepadamu, aku putuskan untuk langsung berbicara pada Tuan, memohon agar kau di beri kelapangan hati menghadapi kehilangan ini. Dan untuk ia yang meninggalkanmu untuk selama - lamanya, smeoga ia mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Semoga kiranya Tuhan mengabulkan pintaku.

Percayalah, walau aku tak ucap kalimat dukacita, bukan berarti aku tak sedih. Beberapa rasa terkadang memang tak bisa langusng terucap kepada yang dituju. Beberapa rasa terkadang memang lebih baik untuk diungkapkan langsung kepada sang Pencipta.

Komentar

Postingan Populer