Bertemu Orang Baik dan Dipercaya Menjadi Orang Baik

Bertemu dengan orang baik dan dipercaya menjadi orang baik adalah kumpulan beberapa pengalaman yang aku rasakan beberapa waktu yang lalu. Aku tulis di sini sebagai pengingat untukku, jika kelak aku merasa bahwa semua orang di dunia ini jahat, aku bisa baca ulang cerita ini dan menepis perasaan itu.

Kalau kita diperlakukan baik atau berbuat baik kepada orang yang sudah lama kita kenal ataupun orang – orang yang ada di sekeliling kita, mungkin itu adalah hal biasa. Tapi bagaimana jadinya jika kita diperlakukan baik ataupun melakukan hal baik kepada orang asing yang baru kita temui di suatu tempat. Berikut adalah beberapa pengalamanku, yang terbagi dalam dua bagian; bertemu dengan orang baik dan dipercaya menjadi orang baik

 

Bertemu Orang Baik

Sebuah Kisah di Tempat Wudhu

Sore itu sepulang bekerja aku putuskan untuk pergi sejenak ke salah satu mall dekat kantor. Aku lupa dengan pasti apa tujuan aku kesana. Penampilanku saat itu ya seperti orang pulang kantor pada umumnya. Kala itu aku membawa dua tas, satu tas ransel berisi laptop dan satu tas tote bag berisi kebutuhanku yang lain. Padahal biasanya aku tidak pernah membawa laptop, hanya saja kali itu karena ada suatu hal aku jadi harus membawanya. Singkat cerita, setelah aku berada di dalam mall, aku melihat aplikasi Al – Quran yang ada di hp aku, menunjukkan bahwa waktu sudah menunjukkan jam sholat Maghrib. Aku pun bergegas untuk segera mencari mushola. Setibanya di mushola, antrian untuk wudhu cukup panjang, selepas membuka sepatu aku bersiap untuk berdiri di antrian wanita untuk mengambil wudhu. Lama kelamaan antrian semakin maju, dan tiba giliranku untuk wudhu. Aku membungkuk untuk mengambil air wudhu, namun, tote bag yang aku bawa cukup menggangu karena setiap kali aku menunduk, tasnya selalu mengayun ke depan yang mana akan berpotensi kena cipratan air dari kran wudhu. Aku coba menyingkirkan kembali tas tersebut, namun selalu saja gagal. Sebenarnya, kalaupun basah, buat aku sih tidak terlalu menjadi masalah, hanya saja kalau aku mau membasuh tangan, tas tersebut jadi menghalangi. Akhirnya tanpa aku sadari, tiba – tiba ada seseorang di sebelah kananku yang mencoba menahan tasku agar tidak kembali mengayun ke depan. Lalu aku tengok ke sebelah kanan, dan akupun bertatap muka dengan seseorang itu. Dia adalah seorang wanita yang kemudian tersenyum seraya berkata “udah mbak biar saya pegangin aja tasnya”. Lalu aku pun merasa tidak enak, karena dengan dia memegang tasku, itu artinya waktu untuk dia wudhu jadi terganggu, padahal posisinya dia sudah ada di depan kran air. Kemudian aku berkata “aduh teh saya jadi ngerepotin”. Lalu wanita itu kembali berkata “udah mbak gapapa, silakan wudhu aja”. Akhirnya percakapan sejenak terputus setelah aku ucapkan terima kasih dan aku pun mulai mengambil air wudhu. Selepas wudhu selesai, kembali ku ucapkan terima kasih dan pamit untuk duluan ke arah shaf wanita. Aku pun mulai melaksanakan sholat Maghrib. Selesai sholat dan berdoa, aku pun bergegas memberikan mukena milik mushola mall tersebut kepada orang lain yang membutuhkannya. Ketika aku berdiri dan hendak mencari jalan keluar, tidak sengaja aku kembali bertemu dengan wanita tadi yang menolongku memegang tas di tempat wudhu. Aku pun menyapanya dan lagi – lagi mengucapkan terima kasih seraya berpamitan untuk pulang duluan. Wanita itu pun berkata iya seraya tersenyum. Keluar dari area mushola, tidak henti – hentinya aku merasa kagum kepada kebaikan wanita itu. Terlihat simple memang, hanya memegangi tas. Namun sekecil apapun kebaikan pasti akan selalu membawa manfaat yang besar.

 

Ps: untuk teteh cantik berkerudung yang waktu itu udah megangin tas aku di tempat wudhu salah satu mall, sekali lagi aku ucapkan terima kasih. Aku masih ingat kebaikan teteh. Semoga kebaikan teteh mendapat balasannya.



● Kebaikan Seorang Supir Angkot

Pagi itu aku harus pergi ke salah satu kampus, yaitu ITB. Aku tidak berkuliah di situ, dan juga bukan lulusan kampus tersebut. Seorang temanku yang merupakan lulusan kampus tersebut memintaku untuk datang kesana dalam rangka suatu kepentingan. Aku memulai perjalanan dari sebuah tempat fotokopi di daerah dekat Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tadinya, aku ingin pergi ke ITB dengan menaiki transportasi ojek online, namun aku urungkan dan memilih naik angkot. Kemudian, muncullah sebuah angkot bewarna hijau jurusan Caheum Ledeng. Aku coba hentikan sembari bertanya apakah angkot ini melewati ITB atau tidak, supir pun menjawab iya, dan aku pun menaikinya. Di dalam angkot tersebut  hanya ada seorang penumpang wanita. Kemudian, sang supir bertanya kepada wanita tersebut mau turun dimana, Masjid Cipaganti atau mall Ciwalk. Namun wanita tersebut nampak kebingungan, sepertinya ia baru kali ini datang ke Bandung. Setelah berpikir, ternyata wanita tersebut memutuskan untuk turun di mall Ciwalk. Akhirnya tinggallah aku sendiri di angkot tersebut. Kemudian bapak supir pun bertanya “Neng, ITBnya masuk lewat mana?” yang kemudian aku jawab “yang sebrang gedung Sabuga pak”. Bapak tersebut hanya mengangguk. Akhirnya kami pun berbincang sedikit, bapak supir bercerita bahwa sebenarnya angkot tersebut seharusnya tidak melewati tempat fotokopi tempat dimana tadi aku hentikan angkotnya. Dia beralasan karena ada wanita yang tadi turun di mall Ciwalk saja makanya ia melewati tempat fotokopi tersebut. “kan rute bapak mah harusnya ga lewat situ Neng, harusnya kan muter ke jalan lain ini mah sekalian lewat weh” ujar bapak supir dengan logat sundanya. Aku pun hanya menanggapi dengan iya saja. Tidak terasa angkot yang ku naiki sudah berada di Flyover Pasupati dan mengarah turun menuju Taman Jomblo, tiba – tiba bapak supir berkata lagi “Neng tahu angkot Kalapa Ledeng?”, “tahu pak”, ujarku. Kemudian bapak supir melanjutkan lagi ucapannya “yaudah atuh Neng turun di sini (perempatan Taman Jomblo Baltos) aja ya, nanti lanjut naik angkot Kalapa Ledeng turunnya pas depan ITB”. Aku pun menjawab “oh iya pak ga apa – apa”. Kemudian bapak itu berkata lagi “Udah Neng gak usah bayar”, ujar bapak supir melanjutkan. Aku kaget. Aku menolak karena bagaimana pun aku sudah menggunakan jasa angkotnya, aku merasa tidak enak kalau harus gratis. Setidaknya walaupun aku ga turun di tempat tujuanku, tapi kan tetap aja aku sudah berjalan sekian meter bersama angkotnya bapak supir. Kemudian aku berkata “ngga pak saya bayar aja ga apa – apa”. Bapak supir pun menjawab dengan perkataan ia yang sebelumnya kalau ga apa – apa karena memang dia ya sekalian lewat aja, kebetulan aku mau ke ITB makanya dia angkut aku. Akhirnya saat lampu merah menyala di perempatan Taman Jomblo itu, aku pun turun seraya mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak supir tersebut. Bapak supir pun menjawab ucapanku. Aku turun dan angkot kembali melaju. Aku pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ITB dengan senang dan kagum atas kebaikan yang bapak supir itu lakukan.

 

Ps: untuk bapak supir angkot Caheum Ledeng yang udah kasih aku tebengan gratis dari tempat fotokopi dekat RSHS sampai perempatan Taman Jomblo, aku ucapkan terima kasih banyak. Semoga kebaikan bapak terbalas dengan yang lebih dan pekerjaan bapak pun bisa menjadi berkah untuk bapak sekeluarga.



Dipercaya Jadi Orang Baik


  Suatu Sore di Sebuah Supermarket

Aku sudah berada di pelataran pintu masuk parkir sebuah supermarket. Aku baru saja selesai berbelanja dan sedang menunggu ojek online yang aku pesan datang. Tiba – tiba ada seorang wanita berhijab dengan membawa plastik belanjanya mendekatiku. Ia pun berkata ingin meminta tolong padaku. Lalu aku tanya, ingin meminta tolong apa. Dia bilang dia ingin menitipkan barang belanjannya kepadaku karena ingin mengambil barang belanjaannya yang lain yang tertinggal di dalam area supermarket. Awalnya aku agak ragu untuk mengiyakan. Ada beberapa alasan, pertama aku takut bila aku dititipkan barang yang mengandung artian negatif. Ya walaupun aku tahu plastik belanja tersebut warnanya sama dengan plastik dari supermarket tersebut, tapi ya tetap saja ada keraguan. Kedua, aku takut ketika aku sedang menunggu belanjaan tersebut, ojek online yang ku pesan datang. Ternyata, ketakutanku yang kedua lah yang terjadi, selang beberapa menit setelah wanita berhijab itu meninggalkanku, supir ojek online yang aku pesan pun datang. Aku pun menjelaskan kepadanya bahwa aku gak bisa langsung naik ke motor karena diamanati belanjaan tersebut. Sang supir ojek online pun mengerti dan bersedia menungguku untuk beberapa saat. Selama menunggu, jujur aku diliputi rasa cemas, cemas karena harus menjaga belanjaan orang lain dan juga merasa tidak enak kepada sang supir ojek online. Hingga akhirnya, setelah sekian lama, wanita berhijab tersebut kembali sembari membawa plastik belanjanya. Ia pun menyapaku dan mengucapkan terima kasih banyak karena aku telah menolong. Akhirnya aku pun berpamitan kepadanya dan segera menaiki ojek online tersebut. Di perjalanan menuju pulang, aku ucapkan terima kasih kepada supir ojek online tersebut karena mau menunggu, yang kemudian dibalas oleh ucapan iya saja.

Ps: aku bener – bener kaget pas dipercaya pegang belanjaan wanita berhijab tersebut. Kadang mikir, kok bisa ya ada orang asing yang sepercaya itu sama orang asing lainnya. Terlebih ke aku. Apa wanita itu tidak takut, bagaimana jika aku berniat jahat dan hendak mengambil barang belanjaannya?



• Kisah di Bioskop

Sore itu sepulang dari bertemu seorang teman, aku pun menuju sebuah mall sendirian, niatku  kala itu hendak menonton film “Dua Garis Biru”. Aku memilih sendiri karena aku sedang ingin me time. Singkat cerita, aku sudah berada di dalam bioskop dan bersiap menantikan film-nya mulai. Kursi favoritku adalah yang terletak dekat tangga. Biar simple aja gitu kalau mau keluar masuk. Kursi di sebelah kiriku masih kosong, sampai akhirnya ada seorang wanita melewatiku dan duduk di sebelah kiriku. Aku tidak terlalu memperdulikannya. Akhirnya film pun di mulai. Aku sangat menikmati film tersebut, karena ada pesan tentang edukasi seks di dalamnya. Ketika di pertengahan film, aku sedang serius – seriusnya, wanita di sampingku mencolek tangaku seraya berkata “Mba”, lalu aku pun menengok dan berkata “iya ada apa Mbak?”. Wanita itu pun kemudian melanjutkan lagi “boleh minta tolong gak, saya mau nitip tas, saya mau ke toilet”. Jujur saat itu aku masih sangat fokus sama filmya, jadi gak ada waktu Panjang untukku menimbang – nimbang terlebih dahulu. Aku langsung saja mengiyakan tanpa memikirkan resiko apapun. Setelah aku mengatakan iya, wanita tersebut pun pergi melewatiku menuju toilet. Agar tasnya tetap aman, pegangan tasnya aku lilitkan ke tangan kiriku, sedangkan posisi tasnya tetap tidak berubah, tetap berada di kursi samping kiriku. Mata aku pun terus tertuju menyaksikan film tersebut sembari menjaga tas wanita itu tanpa ada rasa khawatir. Aku terlanjur fokus ke filmnya sehingga tidak sempat berpikir yang aneh – aneh. Setelah sekian lama, akhirnya wanita itu pun kembali ke kursi sebelah kiriku, dan mengambil alih tasnya seraya mengucapkan terima kasih. Aku pun hanya membalas dengan iya saja dan kembali melanjutkan menonton film hingga selesai.

p.s: setelah semua selesai, aku baru berpikir, kok bisa ya aku menolong orang asing gitu aja tanpa pikir panjang langsung mengiyakan. Apalagi nitipinnya tas, yang mana isinya pasti barang – barang berharga. Terus, kenapa juga ya wanita itu ga bawa aja tasnya ke toilet daripada mempercayakannya kepada orang asing sepertiku? Apa dia gak ada rasa takut kepadaku? Sungguh kejadian yang unik kalau aku pikir – pikir.


Aku bersyukur, pernah ada dalam bagian cerita – cerita di atas. Aku yakin, Allah sudah mengatur semuanya. Oh ya, khusus bagian “Dipercaya jadi orang baik”, aku bukan bermaksud melabeli diriku kalau aku tuh selalu baik dan emang sangat baik orangnya. Aku masih manusia biasa yang pasti ada sisi jahat atau kurangnya, hanya saja pada saat moment tersebut ya memang posisinya orang – orang asing tersebut mempercayakan diriku sebagai orang baik untuk membantu mereka.

Semoga dimana pun kalian berada, kalian akan selalu bertemu dengan orang baik dan bisa dipercaya juga menjadi orang baik. Mudah – mudahan cerita ini bisa menginspirasi dan memberi manfaat tersendiri untuk kalian yang membacanya.


Komentar

Postingan Populer