Solo Traveling ke Yogyakarta - Mencoba Transportasi umum Yogyakarta. DAY 2
Halo
kembali lagi di lanjutan cerita solo traveling ku di Yogyakarta. Sekarang aku
akan menceritakan tentang pengalamanku di Yogyakarta hari kedua.
• Hari kedua di Yogyakarta, 11 Maret 2020; Mencoba transportasi
umum Yogyakarta menuju Candi Prambanan
Aku awali pagi
hari itu dengan sholat Shubuh dan mandi, kemudian sarapan pagi bersama teman –
teman baruku, Mba Jingga dan Mba Tri. Kami sarapan di lantai 5 Edu Hostel ini.
Setelah sarapan, kami pun kembali ke kamar, dan kemudian bersiap – siap untuk
melakukan perjalanan masing – masing tentunya. Rencanaku pagi itu, aku hendak
mengunjungi Candi Prambanan. Aku pilih mengunjungi Candi Prambanan karena,
menurutku kurang afdol rasanya kalau berkunjung ke Yogyakarta tapi tidak sempat
ke Candi Prambanan. Untuk menuju ke Candi Prambanan, aku akan menaiki
transportasi umum khas kota Yogyakarta yaitu, Bus Trans Jogja. Dari hostel
tempatku menginap, aku berjalan kaki menuju jalan Malioboro dan menunggu di
Halte Malioboro 1 untuk menaiki Bus Trans Jogja rute 1A tujuan akhir Candi
Prambanan. Ketika sampai di Halte Malioboro 1, aku langsung membeli karcis
seharga Rp 3.500. Setelah mendapat karcis, aku pun menunggu beberapa saat
hingga bus tersebut datang. Aku memilih kursi paling depan dekat dengan supir
untuk duduk agar bisa lebih puas melihat pemandangan kota Yogya. Perjalanan
ditempuh sekitar satu jam. Kalau aku tidak salah, aku mulai menaiki bus sekitar
pukul 9 pagi. Selama perjalanan, aku beberapa kali terlibat perbincangan dengan
bapak supir bus tersebut, ketika beliau tahu aku dari Kota Bandung, beliau pun
bertanya sedikit tentang Kota Bandung. Karena ternyata, dahulu beliau pernah
tinggal di Kota Bandung beberapa waktu yang lalu. Banyak sekali tempat – tempat
yang aku lewati selama perjalanan menuju kesana, sayangnya aku ga terlalu hapal
hehe. Susunan kursi di Bus Trans Jogja sendiri terdiri dari kursi memanjang berhadapan dan ada
pegangan – pegangan tangan agar yang tidak kebagian tempat duduk bisa berdiri. Singkat cerita, setelah satu jam perjalanan, aku pun tiba di terminal
pemberhentian terakhir Bus Trans Jogja, yaitu terminal Prambanan. Setelah turun
dari bus Trans Jogja, aku dihadapkan oleh sekelompok orang yang menawarkan jasa
ojek. Maklum saja, jarak dari terminal bus menuju Candi Prambanan cukup lumayan
jauh, hal ini juga sudah diingatkan oleh teman – teman sekamarku tadi sebelum
berangkat. Kurang lebih, jaraknya sekitar satu kilometer. Namun aku tetap
memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju Candi Prambanan. Awalnya, aku cukup
kaget, karena melihat jalan yang ada di depan mataku adalah jalan raya yang
sangat besar. Banyak bus – bus besar lalu lalang. Usut punya usut, ternyata
Candi Prambanan terletak di jalan raya Solo Yogyakarta, jadi kayak semacam ada
di perbatasan gitu. Aku sampe takjub sama diriku sendiri, karena bisa pergi
sejauh ini selama hidup. Hahaha maaf ya, aku jadi memuji diri sendiri. Jujur
aku jadi agak ketakutan liat jalanan yang besar itu, sampai akhirnya, aku
melihat ada dua orang, satu pria dan wanita muda yang sedang melihat maps.
Aku menduga kalau mereka memang ingin menuju ke Candi Prambanan. Akhirnya
dengan segenap keberanian, aku beranikan diri bertanya apakah tujuan mereka
ingin ke Candi Prambanan atau bukan, dan ternyata benar, mereka memang mau
kesana. Aku pun mengajukan diri untuk bergabung jalan bareng sama mereka karena
aku masih ketakutan liat jalan raya yang besar itu. Aku merasa tiba – tiba
seperti takut nyasar dan entah mengapa tiba – tiba merasa tidak percaya diri.
Untungnya, mereka baik sekali mau menerimaku berjalan bersama. Kami ga sempat
kenalan secara formal, seperti menanyakan nama misalnya. Kami cenderung
berbincang soal asal kedatangan kami masing – masing. Mereka asli Yogyakarta
ternyata, namun belum pernah main ke Candi Prambanan, dan itu adalah kali
pertama untuk mereka. Mereka juga menanyakan alasan kenapa aku berani banget
dari Bandung sendirian ke Candi Prambanan. Dan ya akhirnya sepanjang perjalanan
kita berusaha mengisinya dengan beberapa obrolan ringan. Akhirnya kami bertiga
tiba di gerbang pintu masuk, lalu berjalan lagi ke dalam untuk membeli karcis.
Karcis untuk masuk ke Candi Prambanan yaitu seharga Rp 50.000 untuk wisatawan
domestik. Ada juga karcis seharga Rp. 75.000 dengan tambahan bisa sekalian
memasuki Candi Ratu Boko. Aku kala itu hanya memilih karcis untuk masuk ke
Candi Prambanan saja. Setelah tiket ada di tangan, akhirnya aku bisa masuk ke
area dalam Candi Prambanan. Setelah masuk ke area dalam, aku memutuskan untuk
berpisah dengan kedua orang yang tadi ku temui itu. Kan ga enak juga ya harus
jadi “nyamuk” mereka wkwk. Ya sebenarnya ga enak juga kan kalau harus berwisata
sama orang yang baru dikenal beberapa menit. Candi Prambanan adalah Candi Hindu
terbesar di Indonesia sekaligus Candi yang terindah di Asia Tenggara. Aku
seneng banget bisa menginjakkan kaki di tempat ini. Gak pernah kebayang
sebelumnya aku bisa berada di sini. Aku pun berkeliling area Candi Prambanan
yang sangat luas ini. Kala itu, ada banyak wisatawan Mancanegara yang
berkunjung ke Candi Prambanan, dan tak kalah banyak juga dikunjungi oleh anak –
anak sekolah yang melakukan study tour. Setelah puas berkeliling area
Candi Prambanan aku pun bergegas menuju area pintu keluar. Jalan menuju gerbang
keluar melewati jalanan yang ditumbuhi pepohonan rindang, makanya enak banget
buat ngadem, aku pun sempet istirahat duduk – duduk sebentar di kursi yang
tersedia. Setelah itu, aku melanjutkan lagi perjalanan menuju gerbang keluar
dan kali ini melewati tempat penangkaran rusa. Aku sempat masuk dulu ke dalam
tempat penangkaran rusa dan melihat – lihat rusa disana.
Candi Prambanan dari area luar |
Area pepohonan rindang |
Setelahnya aku pun tiba di pintu gerbang keluar dan memutuskan untuk memesan ojek online menuju terminal Prambanan. Setibanya di terminal Prambanan, sama seperti keberangkatan, aku menaiki kembali Bus Trans Jogja rute 1A tujuan Halte Malioboro 1. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, tibalah aku kembali di jalan Malioboro dan disambut dengan hujan deras. Aku pun langsung jalan menuju mall Malioboro untuk sholat Dzuhur dan makan siang di McDonalds. Setelah selesai, aku pun menyusuri jalanan Malioboro, seperti kebanyakan turis pada umumnya, melihat – lihat barang yang dijajakan pedagang dan ada beberapa yang aku beli. Menjelang sore, aku putuskan untuk kembali ke hostel, untuk istirahat sejenak.
Malam hari tiba,
selepas sholat maghrib aku putuskan untuk makan malam. Tadinya aku sudah
merencanakan untuk makan malam di Soto Sulung Stasiun Tugu, karena aku pikir
warung tersebut beralamat sama dengan namanya yaitu di Stasiun Tugu. Namun,
setelah aku cek di peta aplikasi ojek online, warung tersebut malah berjarak
sangat jauh sekitar 6km dari hostel tempatku menginap. Aku pun bingung harus
makan dimana lagi. Dan entah kenapa, ini kebodohanku sih hehehe, akhirnya aku
malah memutuskan untuk makan malam di mall Malioboro. Hahaha kesannya aku
terlalu pasrah ya sama keadaan, padahal kalau aja aku mau usaha searching
tempat makan, pasti ada aja tempat makan yang benar – benar khas Yogja. Tapi ya
bukan kesalahan juga sih untuk makan di mall. Kembali ke pilihan pribadi masing
– masing. Cuma aku agak kesel aja sama diriku pas udah kembal lagi ke Bandung,
kenapa di malam kedua ini aku malah memilih makan di mall, yang padahal
sebenarnya, di Bandung pun ada mall. Huhuhu. Tapi gak apa apa, aku jadiin
pelajaran aja kejadian ini buat perjalanan solo travelingku selanjutnya,
aamiin. Mungkin sedikit tips dari aku, kalau kalian memilih pergi sendirian
kayak aku, usahakan untuk selalu membuat rencana kedua. Jadi, ketika rencana
pertama kalian gagal, gak lantas bikin kalian patah semangat dan pasrah kayak
aku hehehe. Karena, ketika kalian pergi sendirian, itu artinya kalian hanya
bisa berdiskusi dengan diri kalian sendiri untuk mengambil keputusan. Ada
baiknya, pikirkan matang – matang keputusan apa yang mau diambil, sehingga
tidak terjadi penyesalan di kemudian hari, kayak yang aku alamin. Jujur pas
nulis ini, aku pun masih ngerasa kayak nyesel, karena di day 2 ini bener –
bener “ngaco” deh makannya, jauh – jauh ke Yogya kok makannya di mall. Rasanya
pengen ngulang waktu. Tapi ya sudahlah, segala hal yang baru pertama kali
dilakukan, pasti ada salahnya. Tinggal gimana cara kita menyikapi kesalahan itu
dan mengubahnya di kemudian hari.
Hari semakin
malam, aku putuskan untuk kembali ke hostel, lupa persisnya jam berapa. Tapi
yang pasti, kepulangan aku ke hostel ditemani rintik – rintik hujan kota Yogya.
Setibanya di hostel, teman- teman sekamarku sudah duduk di kasurnya masing –
masing. Mbak Jingga dan Mba Tri lagi ngobrol – ngobrol sembari mencicil
merapihkan barang bawaan mereka masing – masing. Kamis pagi mereka akan check
out pulang ke rumahnya masing – masing. Ada rasa sedih dalam diriku, karena
walaupun aku baru kenal, tapi aku ngerasa udah mulai agak nyambung dan nyaman
sama mereka. Selain itu aku juga udah nyaman selama dua malam tidur di hostel,
ada yang nemenin hehe. Selain karena biaya, alasan kenapa aku pilih menginap di
hostel dengan menyewa kamar tipe Dormitory adalah agar aku gak bener – bener
tidur sendiri dan supaya punya kenalan baru. Aku selalu senang setiap pagi dan
malam ngobrol sama mereka. Bener – bener nge-refresh diriku yang selama di
Bandung, hampir selalu bertemu orang yang itu – itu aja. Dengan solo traveling,
setidaknya aku memiliki pengalaman baru untuk bisa bertemu dan berbincang
dengan orang baru. Rasanya beda ketika kita berbincang dengan orang yang baru.
Bisa berbincang soal hal baru, dan lebih umum, karena kan gak mungkin baru
kenal udah cerita soal hal – hal pribadi. Seneng juga mendengarkan cerita
mereka, dan mengetahui suatu hal dari sudut pandang mereka. Pokoknya, seseru
itu deh ketemu orang baru. Aku sebenarnya introvert banget, susah untuk
beradaptasi, nah moment solo traveling kemarin bener – bener aku usahakan
semaksimal mungkin buat bisa beradaptasi sama lingkungan dan orang baru. Ya,
itung – itung untuk me-recharge energiku lah hehehe.
Malam itu, jadi
malam terakhir aku menginap sama mereka. Aku udah kebayang, besok aku bakal
tidur sendiri tanpa mereka. Sebenarnya, ada setitik rasa takut juga sih
terutama sama hal berbau mistis hehehe. Tapi malam itu aku coba tepis rasa
takut itu. Aku tepis perlahan, hingga akhirnya rasa takut itu menghilang
seiring terbawanya aku ke alam mimpi. Setidaknya, untuk malam itu aku biarkan rasa takut itu hilang untuk sementara.
Komentar
Posting Komentar