Tempat, Lembaran Buku dan Langit
Sebuah tempat pernah menjadi saksi bagaimana kita bertemu. Tak
sengaja mataku terpaku padamu yang kala itu nampak mempesona. Tempat itu masih
sering ku sambangi walau kini kau sudah tak pernah menyambanginya.
Lembaran buku pernah menjadi media bagiku untuk menuangkan
segala perasaanku padamu. Namamu tertulis dengan jelas disitu. Entah sudah berapa
lembar yang rela ku habiskan hanya untuk menceritakanmu.
Langit pernah menjadi penampung harapanku padamu. Harapan – harapan indah yang
kurancang sedemikian rupa. Berharap suatu saat kan ku lewati hari bahagia bersamamu.
Kini, sebuah tempat, lembaran buku, juga langit hanyalah
bagian dari masa lalu. Perasaanku padamu tak berbalas, segala harap sudah
kandas, bahkan sebelum semuanya dimulai. Tak ada hari bahagia yang ku lewati denganmu.
Yang ada hari bahagia kau dengannya. Kiranya memang harapanku padamu terlalu
berlebih. Kiranya memang ini semua hanya mauku, bukan maumu.
Terima kasih tempat, lembaran buku dan juga
langit. Mau menampung semua ceritaku tentangnya. Walau yang ku ceritakan adalah
sebuah kisah yang tak berbalas. Jangan takut, semoga kelak aku bisa
menceritakan sebuah kisah yang berbalas pada kalian. Suatu saat nanti pasti akan ada, jika
semesta merestui.
Komentar
Posting Komentar