Sebuah Shock Therapy di Pagi Hari


Manusia dan segala sifatnya, entah baik ataupun buruk yang harus kita terima dan maklumi adanya. Kalau sifatnya baik sih, ya kita pasti seneng – seneng aja nerimannya. Siapa sih yang gak seneng kalau diperlakukan baik sama orang lain. Kalau perlakuaanya buruk, gimana tuh? Harus kita terima aja atau mending kita menjauh dari orang semacam itu?

Tadi pagi, saat aku bekerja aku lumayan dapet shock therapy. Hahahaha baru juga beberapa jam di kantor, tapi udah dapet kejadian yang lumayan bikin melongo. Jadi, di tempatku bekerja ada seorang Departemen Head yang cukup disegani di seantero kantor. Sifatnya keras, bicara tegas, kadang cenderung arogan. Itu udah jadi rahasia umum di seantero kantor. Banyak yang terima dengan keadaannya yang seperti itu, karena ya mereka gak mau nyari ribut. Walau sebenarnya mereka juga kurang sreg dengan sikap si Departemen Head. Suatu ketika tadi pagi aku dapet telpon dari salah seorang anak buahnya dari ruangan si Departemen Head itu. Si anak buah sebut saja “Bapak R” menyuruhku untuk membuat sebuah surat yang intinya ada hubungannnya dengan sebuah pekerjaan. Aku bikinlah surat itu dan aku anter ke ruangannya. Aku dengan percaya diri melangkah ke ruangan si Departemen Head itu. Aku berpikir kalau di ruangan itu paling cuma ada si Bapak R. Begitu tiba di depan ruangan si Departemen Head itu, aku kaget karena si Bapak R gak ada, yang ada hanya si Departemen Head itu dan salah seorang bapak dari departemen lain. Aku udah berdiri pas di depan pintu, udah gak bisa kabur karena ya pasti ketahuan dong. Akhirnya dengan perasaan yang masih  kaget aku bilang keperluan aku mau ketemu si Bapak R. Aku udang ngomong baik- baik kan ya, tahu gak balesannya apa? Dengan ketusnya dia jawab “ya kesiniin aja atuh suratnya, kan saya juga Engineering”, sambil merampas surat yang aku pegang. Gila gak tuh? Gak kaget gimana aku tuh. Dalam hati aku berkata, “ya aku juga tahu sih, tapi aku gak berharap banget bisa ketemu sama kamu”. Ucapan si departemen head akhirnya cuma aku jawab dengan “oh iya atuh” sembari berlalu. Ngeselinnya, si departemen head masih aja menggerutu, sambil menghisap rokoknya. Aku gak ngerti apa yang dia omongin, satu – satunya yang aku harapkan saat itu adalah, kabur dari hadapannya. Daripada harus liat muka asemnya dan segala omongannnya.

Aku pun berlalu dari ruangannya dengan segala rasa kesal, amarah dan kaget juga, pokoknya campur aduk. Sikap dia yang galak, arogan, dan keras itu memang sudah aku ketahui sejak lama. Bahkan aku juga sebenarnya suka ngehindar untuk berurusan dengan dia. Harusnya aku udah  gak kaget kalau sikapnya kayak gitu. Tapi tetep aja, kejadian itu tuh rasanya nyebelin banget, jadi kayak semacam shock therapy di pagi hari. Untungnya kejadian ga mengenakkan tadi pagi gak bikin mood aku hancur seharian, walau kondisi aku lagi datang bulan. Aku pun menceritakan kejadian tadi kepada beberapa temanku yang lain dan tentunya juga ke Bapak R. Respon mereka ya ketawa – ketiwi aja, jangan pikir ada belas kasihan dari mereka. Gak ada sama sekali, karena ya menurut mereka itu mah hal yang udah biasa.

Gak ada hal lain yang bisa kulakukan selain menerima saja sikap bapak departemen head itu. Toh dia galak gak ke aku aja, tapi hampir ke semua orang. Lagipula aku belum tentu bisa merubah setiap sisi kehidupan orang. Aku  gak akan bisa membuat orang menjadi seperti apa yang aku mau. Apalagi jika itu sudah berkaitan dengan sifat dan watak, pasti akan sulit mengubahnya.  Pasangannya saja belum tentu bisa merubah, apalagi aku yang bukan siapa – siapanya. Tapi bukan berarti aku siap untuk diinjak – injak kapan saja dengan sikapnya itu. Aku memang menerima perlakuannya, namun dalam beberapa hal lebih baik aku kurangi intensitas pertemuannya. Sesekali terjebak mungkin tak apa, kena marah dan kena ketus. Kalau setiap hari? Ya bisa – bisa stress yang ada. Jadi aku lebih memilih untuk menghindarinya.

Aku justru sedih jika ada seseorang yang bersifat seperti itu. Disegani orang – orang, namun bukan karena prestasi atau hal lain, melainkan karena sifatnya yang kurang mengenakkan. Jadilah yang tertanam didalam pikiran orang – orang saat terlintas namanya pasti “oh yang galak ya” atau mungkin juga saat terlintas namanya yang teringat adalah cerita – cerita tak mengenakkan.

Inilah pentingnya menurutku agar kita sebagai manusia bisa dikenang oleh orang lain karena hal dan sikap yang baik. Wajar kok untuk galak atau marah, tapi harus tetap dalam porsi yang pas. Karena biasanya saat orang – orang tidak menyukai sikap kita, maka akan timbul perkataan –perkataan yang tidak menyenangkan.

Aku pun masih belajar kok untuk menjadi orang yang baik dan  berusaha untuk selalu bersikap baik pada siapapun.

"Jika kita sudah baik dan masih saja ada orang yang tidak menyukaimu, biarkan saja. Mungkin memang ada yang salah pada dirinya, bukan pada dirimu"


Komentar

Postingan Populer