Lebih Dari Sekedar Baju Lebaran

Apa yang terlintas di benak kalian jika mendengar kata “lebaran” ? Sholat Ied, baju baru, mudik, nastar, opor atau ada hal lain? Jika mengingat lebaran, hanya satu hal yang terlintas di benakku yaitu, kumpul keluarga.

Ini adalah tahun ke enam bagiku merayakan lebaran tanpa tradisi kumpul keluarga.  Tahun yang begitu menyedihkan bagiku sebagai anak yang dilahirkan dari kedua orang tua yang bukan berasal dari daerah domisili tempat tinggal, yaitu Kota Bandung. Aku memang tumbuh dan berkembang di tanah Parahyangan ini namun orang tuaku bukan berasal dari sini. Keluarga besar Ayah dan Ibu tentu saja tinggal dari daerah asal keduanya, Makassar dan Tangerang. Oh larat, Ibuku berasal dari Padang namun kini seluruh keluarga besar menetap di Tangerang.

Lantas, mengapa aku tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar tiap kali lebaran tiba? Jawabannya ialah aku terjebak dalam rutinitas kerja yang tidak bisa aku tinggalkan. Aku bekerja di salah satu hotel berbintang 3 di kota ini. Aku sudah bekerja sedari aku lulus SMK pada tahun 2013. Karena di hotel aku berada di bagian Housekeeping, bagian yang teramat penting dalam berjalannya operasional sebuah hotel, maka dari itu aku tidak bisa izin libur untuk merayakan lebaran bersama keluarga. Semua berawal dari tahun 2013, kala itu aku ingat, hari pertama lebaran aku  memang mendapat jatah libur. Namun, apalah artinya lebaran di perantauan tanpa adanya keluarga besar? Selepas sholat Ied yang bisa aku lakukan hanyalah bersalaman dengan para tetangga, bersilaturahmi, kemudian pulang kembali ke rumah, menyantap makanan khas lebaran bersama Ayah, Ibu juga Adik lelakiku. Ya hanya dengan mereka bertiga ku habiskan hari lebaranku. Keesokan harinya, aku pun kembali bekerja seperti biasa, melayani para tamu yang menginap dan berusaha menganggap bahwa hari itu adalah hari biasa, walau nyatanya itu adalah hari lebaran, hari yang sebenarnya ingin sekali ku gunakan untuk berkumpul dengan keluarga ketimbang bekerja. Tapi aku tetap berusaha untuk bersyukur dengan keadaan yang ada kala itu. Toh bukan aku saja yang harus rela lebaran jauh dari keluarga, ada teman – temanku yang lainnya yang merasakan hal yang sama. Kami, para pekerja di bidang jasa memang harus selalu siap dengan kenyataan tersebut.


Sewaktu ku kecil…..


Lebaran di rumah Nenek dan Kakekku di Tangerang memang selalu menjadi hal yang  menyenangkan. Bisa melepas rindu dengan mereka juga para om, tante serta para sepupu. Aku ingat kala itu, Nenek dan Kakekku adalah orang yang cukup di tuakan setidaknya di antara para tetangga sekitar rumah. Jadilah saat lebaran tiba, bukan Nenek dan Kakek yang berkeliling menyambangi rumah tetangga namun tetanggalah yang mendatangi kediaman Nenek dan Kakek. Tradisi kami setiap lebaran sama seperti pada umumnya, berangkat sholat Ied ke masjid, lalu pulang ke rumah dan saling bermaaf – maafan kemudian menyantap hidangan khas lebaran, seperti rendang, opor ayam, ketupat serta aneka kue kering. Pagar rumah Nenek selalu terbuka lebar agar memudahkan para tetangga masuk. Ketika para tetangga masuk, kami pun meninggalkan sejenak makanan kami dan lalu bermaaf – maafan dengan mereka. Selain para tetangga, terkadang di siang harinya beberapa saudara entah itu dari pihak Nenek atau Kakek pun berdatangan. Pokoknya rumah takkan terasa sepi sebab lebaran bersama keluarga memang tidak ada tandingannya. Satu hal yang membuatku kesal ketika lebaran di rumah Nenek dan Kakek hanyalah cuaca kota Tangerang yang begitu panas. Aku selalu tidak kuat menghadapi cuacanya. Sebagai orang yang sudah terbiasa tinggal di kota bercuaca dingin, beradaptasi dengan cuaca panas sangatlah sulit. Hingga secara tak sadar aku sempat berujar “mendingan lebaran di Bandung aja, gak panas”. Kalimat yang kini begitu ku sesalkan adanya. Nyatanya, lebaran bukanlah soal cuaca, lebaran soal kebersamaan bersama keluarga besar. Aku rindu…….




Kini…..



 Jika menjelang lebaran orang – orang sudah mulai menyibukkan diri dengan berburu baju lebaran, aku tidak. Aku merasa, lebaran bukan identik dengan baju lebaran. Lagipula aku merasa sudah bukan lagi anak kecil yang harus memakai pakaian serba baru. Ada hal yang lebih ku rindukan dari sekedar baju lebaran, atau hidangan khas lebaran, yaitu pergi mudik dan tenggelam dalam hangatnya kumpul keluarga besar di hari yang fitri.
 Harapku, semoga tahun ini menjadi tahun terakhirku menghabiskan lebaran di tempat kerja, aku ingin kembali seperti dulu, berangkat sholat Ied, pulang lalu berkumpul dengan keluarga, bukan pergi ke tempat kerja. Aku rindu, sungguh.

Komentar

Postingan Populer