Hati yang Terketuk

Saat sedang bersenda gerau bersama teman - temanku lepas berbuka puasa, gawaiku bergetar. Ternyata ada pesan yang masuk dari salah satu temanku yang isinya ia membutuhkan pinjaman uang untuk keperluannya yang begitu mendesak. Ku baca dalam - dalam pesannya. Beberapa menit kemudian, aku pun membalas dan bersedia untuk meminjamkan uang kepadanya. Tanpa bertanya lebih lanjut akan di kembalikan kapan. Yang ada di pikiranku saat itu adalah, segera membantunya agar bisa sedikit meringankan bebannya.

Sesungguhnya, uang yang ku pinjamkan kepada temanku adalah uang yang sudah mati - matian ku kumpulkan dan aku sudah berusaha sangat keras untuk melawan nafsu dalam diriku untuk tidak menggunakannya. Rencananya uang itu akan ku gunakan untuk kebutuhanku menjelang hari Raya tiba. Aku menganggap, jika uang itu masih rezeki ku, pasti akan kembali lagi kepadaku.

Beberapa hari setelah kejadian itu, aku menceritakan kisah ini kepada temanku yang lain. Temanku menyemangatiku. Ia berkata "berarti bagus dong Suci, hati kamu udah di ketuk sama Allah untuk melakukan kebaikan, menolong sesama" . Aku terdiam. Apa iya, Allah telah mengetuk hatiku? Tapi memang sih, saat aku meminjamkan uang kepada temanku, tak ada rasa takut apalagi risau memikirkan kapan uang itu kembali. Semua ku pasrahkan kembali pada Allah. Jika memang hal itu yang terbaik menurutNya, akan ku coba jalani dengan sepenuh hati.

Aku menceritakan kisah ini bukan untuk riya, atau membuka aib temanku. Karena di tulisan ini pun aku sama sekali tak menyebut nama siapapun. Menulis ini karena aku merasa bersyukur bahwasanya Allah masih menggerakkan hatiku untuk melakukan kebaikan.

Apa kalian pernah ada di posisi yang sama sepertiku? Tergerak hatinya untuk menolong sesama walau diri sendiri juga sedang dalam kesempitan? Bersyukurlah jika pernah merasakannya. Bersyukurlah karena Allah masih membimbing hati kita untuk berada di jalan kebaikan.

Komentar

Postingan Populer