Teruntuk Kamu yang belum sempat di miliki

Teruntuk kamu yang belum sempat dimiliki. Jujur, kamu bukanlah lelaki pertama yang singgah di hatiku. Ya, hanya sekedar singgah, tidak menetap. Para pendahulu kamu, hingga akhirnya kamu memang hanya sekedar singgah di hatiku, tetapi aku sendiri tak pernah sekalipun singgah di hati mereka dan juga kamu.

Teruntuk kamu yang belum sempat dimiliki. Aku menulis ini bukan untuk menyalahkanmu atas perasaanku yang tak pernah kau balas. Aku menulis ini justru untuk mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. Mungkin dulu, aku sempat kesal karena Tuhan mempertemukan kita.  Tapi ternyata, di balik itu semua ada pelajaran yang bisa aku ambil.

Aku tidak mau lagi seperti dulu. Terlalu berharap pada seseorang yang belum tentu bisa di miliki. Seperti yang aku lakukan kepadamu dulu. Aku yang terus-terusan menumbuhkan harapan-harapan yang aku rawat dari kecil sampai besar yang hanya berujung patah hati. Patah hati yang disebabkan oleh diriku sendiri. Tanpa pernah kamu menyadarinya.

Aku tidak mau lagi seperti dulu. Terlalu rela berkorban demi orang yang belum tentu bisa di miliki. Seperti yang aku lakukan kepadamu dulu. Toh, ujung-ujungnya pengorbananku tak pernah ternilai.

Aku tidak mau lagi seperti dulu. Terus-terusan berlari mengejar seseorang yang bahkan tak pernah mau menengok ke belakang, bahwa ada orang di belakangnya yang sedang berlari mengejarnya. Yang ia lakukan hanya fokus berlari ke depan mengejar wanita yang ia inginkan. Seperti yang aku lakukan kepadamu dulu. Berlari mengejar yang tak pasti teramat sangat melelahkan, itu yang perlu kamu tahu.

Masih banyak lagi hal-hal yang aku dapatkan dari kisah kita kemarin. Oh tidak, aku salah, aku perlu melaratnya. Bukan kisah kita, melainkan kisahku dan bayanganmu. Pada intinya, ketika nanti aku jatuh hati lagi kepada lelaki lain, aku tak mau terlalu terbawa arus. Aku tidak mau terlalu larut. Aku takut seperti dulu, karena terlalu terbawa arus dan terlalu larut, aku sampai lupa membedakan mana simpul yang nyata dan tidak. Aku jadi terlalu sibuk merangkai harapan -  harapan yang aku rangkai sendiri, tanpa pernah kamu membantu untuk menjadikan harapan - harapan itu nyata.

Selama ini aku selalu menyalahkanmu. Otak dan hatiku selalu sepakat bahwa, kamu yang tidak pernah peka. Tapi ternyata aku salah, bukan kamu yang tidak peka, tapi aku yang terlalu berharap. Aku terlalu sibuk terbang bersama khayalan - khayalan yang aku buat sendiri. Sampai - sampai lupa caranya kembali ke bawah.

Ketika nanti aku jatuh hati lagi kepada lelaki lain, yang aku inginkan hanya menceritakan semua yang aku rasakan kepada sang Maha Kuasa di sepertiga malamku. Aku ingin agar Tuhan mampu menunjukkan yang baik dan benar kemana rasa ini harus dibawa.

Teruntuk kamu yang belum sempat dimiliki. Terima kasih karena telah menyempatkan hadir dalam hati dan pikiranku. Terima kasih untuk semua jantung yang berdebar - debar setiap di dekatmu, canda tawa riang, pipi merah merona, rasa khawatir, cemburu dan lainnya. Semua rasa itu tercipta karenamu, tapi mungkin kamu tak pernah tahu dan tak pernah merasakannya.

Teruntuk kamu yang belum sempat dimiliki. Semoga engkau bahagia, meskipun aku tahu bahagiamu itu bukan aku. Biarkanlah aku sendiri disini.

Cukup sampai disini saja tulisanku. Teruntuk kamu yang belum sempat dimiliki, dari aku yang diam - diam selalu ingin memilikimu.

Komentar

Postingan Populer