Dikecewakan oleh Ekspektasi Sendiri

Dikecewakan oleh ekspektasi sendiri.

 

Saat kecil aku membayangkan hidup yang lurus-lurus saja, menempuh pendidikan formal hingga SMA (tidak pernah berpikir untuk kuliah karena satu hal), kemudian bekerja, mendapatkan uang dan bisa membeli apa saja yang dimau, kemudian bertemu jodoh, lalu menikah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Nyatanya tak semudah itu.

 

Saat menulis ini aku sudah berusia 28 tahun, usia dimana yang ku bayangkan saat kecil di usia ini aku sudah memiliki seorang anak. Nyatanya, saat ini yang mendekat saja tak ada, bahkan aku sedang ada dalam perasaan bingung harus mencari jodohku dimana. Dunia semakin ramai, tapi kehidupanku terasa sepi. Bangun pagi, bersiap kerja, berangkat bekerja dengan perasaan setengah hati, menjalani pekerjaan dengan perasaan tak nyaman, penuh was-was, takut, kemudian pulang dengan perasaan seolah lega, padahal rutinitas seperti ini akan diulang lagi esok hari, setidaknya 6 kali dalam seminggu.

 

Dalam hal pertemanan, temanku tak banyak. Ada beberapa dari mereka yang masih sesekali bertukar kabar denganku melalui pesan singkat. Masih ada satu dua yang suka mengajak bertemu. Temanku memang tak pernah banyak dari dulu. Semua berpisah ketika kami sudah tak satu lingkungan lagi. Aku merasa beruntung masih ada beberapa dari mereka yang masih berkomunikasi denganku walau sudah tak selingkungan lagi. Kehidupan di rumah pun tak jauh beda, aku hanya bertegur sapa seadanya dengan tetangga.

 

Kadang aku lelah menjalani kehidupan seperti ini. Kok bisa ya dulu waktu kecil berekspektasi kehidupan selurus itu dan berpikiran bahwa semua hal indah akan datang sendirinya. Dan sialnya di usia saat ini yang tadi ku kira akan indah tapi ternyata malah zonk, semangat juang ku pun rasanya sudah tak ada. Aku merasa, karena saat usia di bawah 25 tahun aku sudah mati-matian berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan semua ekspektasi masa kecilku, harusnya di usia saat ini aku sudah bisa memetik buahnya, namun ternyata aku masih harus terus berjuang tanpa ujung, itu yang membuatku Lelah.

 

Baru–baru ini juga aku nge-tweet, kurang lebih aku bertanya pada Tuhan, kira-kira kapan episode yang menyenangkan dalam hidupku, bisa traveling, bisa makan enak, dan kapan juga episode cinta-cintaan di hidupku. Aku emang bisa apa-apa sendiri, tapi masa iya aku sendirian terus :(

 

Kalo aku tutup tulisan ini dengan kalimat “semoga mimpiku segera terwujud blablabla” rasanya terlalu klise gak sih. Aku ga akan nulis itu. Biarkan aja tulisan ini tanpa akhir yang jelas dan bijak, yang penting aku udah nuangin unek-unekku yang terlintas sepulang kerja.


Komentar

Postingan Populer