Sekejap Hadir, Membekas Selamanya

 

Betapa anehnya perasaan ini. Perasaan yang ada dalam diriku yang disebabkan olehmu. Kehadiranmu hanya sekejap di hidupku, namun ternyata meninggalkan jejak yang begitu mendalam. Bahkan untuk sekedar melihat fotomu yang terpampang pun, aku tak sanggup melihatnya terlalu lama. Ada perasaan yang menyesakkan dada apabila aku terlalu lama memperhatikan fotomu kembali.

 

Aku yakin bahwa kamu pasti tak mengetahui kehadiranku di muka bumi ini. Bahkan saat dulu kita berada di satu tempat yang sama sekali pun, hadirku pasti tak memiliki peranan penting. Aku saja yang terlalu kepadamu. Ku jadikan kamu hal yang penting. Ku jadikan kamu seseorang yang selalu ingin ku lihat. Ku jadikan kamu harapan. Walau nyatanya aku tak lebih hanya seseorang yang berhalusinasi yang berharap jadi Putri di sebuah istana dan kamu bersanding denganku sebagai Pangeran.

 

Kamu tak pernah meminta untuk disukai. Kamu tak pernah berusaha mencari perhatian berlebih. Kamu tak pernah berusaha menarik ulur hatiku. Kamu tak pernah melakukan apapun. Kamu bersikap biasa saja. Namun di mataku kamu lebih dari biasa, hingga aku mampu secara sukarela jatuhkan hati padamu.

 

Kepergianmu kala itu menyakitkan untukku. Betapa tidak, aku belum sempat mengenalmu secara mendalam. Aku hanya mampu membisu dengan segala perasaan yang penuh dalam hatiku. Aku berharap aku cukup menarik untukmu, hingga kita bisa saling mengenal. Sayangnya tidak. Perasaan itu hanya dimiliki ku, tanpa aku tahu bagaimana cara mengungkapkannya padamu.

 

Setelah kepergianmu, aku yang sudah jatuh, hanya mampu bangkit sendiri. Bertopang pada diri sendiri, padahal diri sendiri pun sudah cukup berat dengan perasaan yang tak terbalas ini. Tapi apa boleh buat, aku akui ini semua salahku, tak mampu mengendalikan perasaan. Padahal hatiku sangatlah rapuh, tapi berani-beraninya aku bermain hati.

 

Hari berlalu, tahun berganti. Aku bisa lepas seutuhnya dari perasaan itu. Hingga tiba hari ini, aku lagi-lagi bodoh dengan mencari tahu tentang dirimu. Hingga ku temui fakta bahwa kamu sudah bahagia dengan fase baru di hidupmu. Tenang saja, bukan kata makian yang pertama ku ucap kala melihat itu, melainkan ucapan syukur bahwa Tuhan sungguh membahagiakan hidupmu. Aku turut senang, sungguh!

 

Aku sendiri masih saja dengan fase hidup ini, walau hari sudah berlalu, tahun pun sudah berganti. Ada hari-hari dimana aku tiba-tiba teringat akanmu, akan perasaanku. Tapi sudah tak selarut dulu. Kini aku lebih mampu mengendalikan perasaan.

 

Ku temukan kini kau telah bahagia, semoga kelak aku yang menemukan kebahagiaan itu, walau bukan denganmu.

 

 

 

Komentar

Postingan Populer